Selamat Datang di Gili Nyamuk/Rengit
pintu rumah terbuka lebar, ku hirup udara segar tak bertepi. hari
minggu yang cerah. matahari masih malu-malu di peraduannya. Di hari
minggu ini, terasa nikmat bilamana seluruh fisik dan pikiran begitu
santai. Tidak memikirkan suatu apa pun.
tak terasa pikiran ku melanglang buana. Saat pikiran melanglang buana
ntah kemana, tiba-tiba handphone ku berbunyi. Mention twitter ku
dibalas. “kumpul di taman budaya jam 7.30”.
Siap-siap Berangkat menuju Gili Rengit
Di Taman Budaya saya menjumpai wajah-wajah baru. Tidak kurang dari 13
orang yang sudah berkumpul di trotoar jalan ini. Wajah-wajah baru itu
seakan tidak membuat ku merasa orang baru. Salah satu dari Mereka lalu
memberi isyarat agar saya ikut bergabung. Sepertinya wajah kelihatan
seperti anak ayammencai induknya. Suasana keakraban nampak begitu
kental. Saya pun langsung dipersilahkan saling berkenalan.
kami pun sudah siap-siap untuk melanjutkan perjalanan ke Pelangan
(tempat penyeberangan ke Gili Rengit, Gili Gede, dan Gili Layar). Waktu
yang diperlukan sekitar dua jam dari Mataram dengan jarak 55 Km.
Rombongan ini akan berangkat menggunakan sepeda motor. koordinator
keberangkatan , Iyus Blue langsung memimpin doa sebelum kami berangkat.
Sayang, Iyus Blue tidak ikut rombongan kami menuju Gili Rengit dan Gili
Layar.
Rombongan Backpacker Lombok
Tidak ada transportasi umum baik itu dari mataram ke Pelangan maupun
dari Pelangan ke Gili Rengit dkk. Jadi untuk menuju tempat harus
menggunakan motor atau Rent Car. Trus dilanjutkan menyewa perahu seharga
Rp 250.000 pulang pergi.
Kepala Rombongan, Duta memilih Lokasi penyeberangan Balai Diklat
Budidaya Daya Laut, Sekotong. Berbagai jenis ikan-ikan laut dipelihara
di Balai Diklat ini, salah satunya ikan kakap putih dan Lobster. Puas
melihat berbagai budidaya ikan di balai diklat kami siap melanjutkan
perjalanan lagi ke Gili Rengit. Duta, sang koordinator langsung
memutuskan untuk menyewa boat terbuka yang bisa memuat 17 belas orang.
Rombongan Lombok Backpacker yang akan menyeberang ke Gili Rengit dan
Gili Layar. Menyeberang dengan Boat dengan bagian atap yang terbuka
lebih asik dan menyenangkan. Mata saya terasa lebih leluasa untuk
memandangi birunya laut.
Satu per satu rombongan naik ke atas boat ini. di atas Boat inilah
kami bisa saling lebih mengenal lagi. dari hasil obrolan itulah, saya
jadi tahu bahwa dalam rombongan ini ada lima orang yang berasal dari
luar Lombok.
Jernihnya Air di Gili Rengit
Ada yang berasal dari Semarang yaitu Argo dan Lukman, Ayi yang
berasal dari banyuwangi, Ada si Risal yang berasal dari Makasar, dan
terakhir adalah Slamet Parmanto yang berasal dari Solo. Sedikit saya
ceritakan bahwa Slamet Parmanto sedang mengambil pendidikan pasca
sarjana jurusan Energi di Turki. Kebetulan Bulan-bulan ini di Eropa
sedang liburan Summer, dan dia ingin memanfaatkan liburan ini di pulau
Lombok.
Lain Slamet, lain lagi dengan si Argo dan Ayi. Argo dan Ayi
benar-benar “tersesat” di lombok. Alias mereka berdua memang tidak ada
rencana sebelumnya ke pulau lombok. Argo dan Ayi sudah menghabiskan
liburannya dengan mengelilingi daratan Flores selama tiga minggu. Nah
saat perjalanan pulang ke jawa itulah mereka “tersesat” di pulau ini.
pasirnya bercampur hitam putih
Obrolan dengan orang-orang baru di Boat membuat perjalanan ke Gili
Rengit selama 40 menit itu tak terasa. Di sela-sela obrolan itu kami
melihat beberapa gili lainnya sekitar Gili Rengit antara lain Gili Gede,
Gili Penyu, Gili Lontar. Gili-gili yang memiliki Pasir putih seakan
memamerkan keindahan pantainya. Sayang, tujuan Gili Rengit sudah
ditetapkan. Semoga suatu saat nanti kami bisa mengunjungi yang lain.
pasirnya berwarna kemerah-merahan di bagian tengahnya eh pas bagian pinggirnya, pasirnya bercampur hitam putih…kug bisa yach
Tiba di Gili Rengit, anda akan disambut dengan pelabuhan yang baru,
bagus sekaligus aneh. Aneh karena hanya Gili Rengit yang ada sarana
pelabuhannya. Uniknya lagi, di tengah-tengah pelabuhan ada bangunan
puranya. Pura itu menambah indah pelabuhan Rengit ini.
Sisi Timur Gili Rengit. teman-teman sedang melakukan snorkling
Air yang jernih menyambut kedatangan rombongan kami. Ada Bangunan,
terlihat baru tapi tak terawat. ada Bar-bar dan restoran untuk para
wisatawan. Sayang, semua fasilitas lengkap ini sudah ditinggal
pemiliknya. Tak tahu kenapa semua fasilitas ditinggalkan begitu saja.
Saya tak tahu apakah pengelola Gili Rengit ini terusir oleh banyaknya
nyamuk di Gili Rengit ataukah terusir oleh Return on Investment yang
selalu merugi. Rengit (nyamuk dalam bahasa sasak). Maklum menurut
pendapat orang-orang di sini, pulau ini dinamain Gili Rengit karena
memang di pulau ini menjadi pusat nyamuk-nyamuk berkumpul dan rapat.
pelabuhan memisahkan dua pantai yang jernih
Di samping bangunan ini ada bangunan yang baru jadi bagian betonnya
saja. Saya coba berjalan ke arah bangunan setengah jadi tersebut. tak
disangka ternyata ada seorang ibu dengan dua anaknya yang masih
kecil-kecil. Salah satu anaknya sudah lulus Sekolah Dasar, yang satunya
lagi belum sekolah. Dari ibu itulah, saya bisa menggali informasi
tentang pemilik pengelola pulau ini, kenapa mau tinggal di sini bersama
suami dan dua anaknya, tentang kenapa anak tertuanya tidak melanjutkan
sekolah lagi ke tingkat yang lebih tinggi.
Bapak Minah dan keluarganya memang diberi tanggung jawab oleh sang
pengelola Gili Rengit, Bapak Gede, untuk mengelola restoran miliknya.
Gili Rengit ini memiliki luas 22 hektar.
perbedaan warna laut yang berpasir dengan yang berterumbu karang
Udah dulu ya ceritanya, saya udah cerita panjang lebar neh… ngak tau
apa yang mau diceritakan.. saya ceritakan yang saya tau dan lewati..
sekarang waktunya menikmati keindahan alam yang ada di Gili Rengit.
Keindahan pasir putihnya. Keindahan taman lautnya. Keindahan rombongan
ikan-ikan kecil yang hidup di sekitar pelabuhan. Keindahan terumbu
karang yang indah-indah. Keindahan ikan-ikan yang berenang berseliweran
di antara kaki. Keindahan rombongan ikan layang-layang yang berenang.
Bahkan anda pun bisa melakukan spear fishing seperti yang dilakukan
teman saya, duta.
Duta Sang Pemburu Ikan Layang-layang
Itu lah keindahan-keindahan yang tak bisa dilupakan oleh rombongan
Lombok Backpacker. Yang juga tak bisa dilupakan saya mendapatkan suasana
keakraban dengan teman-teman yang baru aku kenal. Love u all Lombok
Backpaker.
Sang Backpacker Sejati. Argo dan Ayi di Gili Rengit
Tips ke Gili Rengit :
- Sebaiknya anda membawa bekal dari rumah. Di Gili Rengit ini tidak
ada penghuninya kecuali penjaga pulau ini yaitu Bapak Minah sekeluarga
- Sebaiknya membawa alat snorkling sendiri. jika tidak, Anda rugi tak
bisa menikmati keindahan terumbu karang dan ikan-ikan yang indah.
Dermaga kecil di Gili Rengit
Gili rengit tampak memukau dari kejauhan